Minggu, 18 Maret 2012

sejarah peradaban islam

" Prof. H. Abdurrahman Mas'ud, MA, Ph.D"
Selama ini materi sejarah di lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi di indonesia sering di pandang sebagai pelajaran yang kurang penting dan tidak di minati. salah satu alasannya adalah karena materi sejarah disampaikan secara deskriptif dan kurang menampilkan analisis yang argumentatif. belajar sejarah lebih di dominasi dengan menghafal pelaku, tempat, dan tanggal kejadian zaman dahulu. akibatnya belajar sejarah di anggap sebagai sesuatu yang membosankan dan kurang ada manfaatnya. padahal belajar sejarah kebudayaan islam justru sangat menarik bila di bandingkan dengan kebudayaan yan lain. karena kebudayaan islam sumber pokoknya adalah agama islam, maka kebudayaan islam memiliki beberapa keunikan di bandingkan dengan kebudayaan lain. keunikan itu adalah sebgai berikut:
1. Adanya konsep Tauhid ( Onenes of  God/ Unity Of God )
2. Universalitas pesan dan misi peradaban yakni persaudaraan islam.
3. Prinsip Moral di junjung tinggi
4. Budaya Toleransi yang cukup tinggi - wilayahh islam relatif aman
5. Prinsip keutamaan belajar dalam memperoleh ilmu
    Para sejarawan sering mengatakan bahwa puncak sejarah peradaban islam berada pada empat abad pertama sejak munculnya islam. setelah itu nampak ada" Cultural declaine" kemunduran peradaban , yakni sewaktu fenomena diktomi" islamic knowledge" dan" non-islamic knowlodge" mulai menghinggapi umat islam . misalnya madrasah nizam Al-Mulk yang hanya mengkhususkan diri pada pengembangan ilmu-ilmu agama di paruh kedua abad kesebelas.  bisa dilihat sebagai kemajuan di bidang pendidikan agama, tapi di lain pihak bisa di lihat sebagai kemunduran islamic civilization karena non islamic knowledge sudah tidak menjadi perhatian lagi dalam dunia pendidikan islam. demikian pula kondisi dan posisi ulama. sebelum abad 12 M definisi ulama adalah makhluk multi atau bahkan trans disipliner yang mempercantik diri dengan berbagai disiplin ilmu, bisa dilihat dari sosok Hasan Basri di abad ke- 8 sampai ke Al-Ghozali di abad ke -11 M. kedua tokoh uitu jelas ilmuwan multi disipliner, bukan sekedar pintar ilmu agama saja. setelah abad ke 12 M, maka term ulama mengalami penyempitan makna menjadi sosok yang memperkaya diri hanya dengan ilmu-ilmu agama, khususnya ilmu fiqh. pada periode ini dan seterusnya iqh menjadi mahkota ilmu. juga induk ilmu, dan mengasingkan ilmu-ilmu yang lain. lembaga-lembaga pendidikan yang ada bisa di sebut sebagai" fiqh -oriented education ".
        Bagi muslim yang hidupdi abad ke -21 ini, peradaban islam selayaknya tidak pernah di pandang fatal dan puncaknya. dengan membatasi empat abad di atas, di sadari atau tidak faham fatalismelah yang merenggut etos kerja dan mengandaskan idealisme hari ini dan esok, telah masuk ke faham dasar umat islam. faham inilah yang memeperbesar dan memperluas hegemoni barat atas dunia islam. keagungan peradaban islam pada masa lampau perlu di tekuni, di cermati dengan intensif dan seksama. kemajuan peradaban barat yang menguasai dunia sampai saat ini juga perlu di arifi.
       Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampaudan menjadi kajian atau pelajaran masa kini dan masa yang akan datang. oleh karena itu penulisan sejarah ada kemungkinan terjadi distorsi fakta dan oversimplification( penyederhanaan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan) untuk mengurangikekurangan tersebut maka uraian kajian sejarah hendaknya di kaji secara komprehendif dengan mempertimbangkan fakta-fakta lain yang mengiringi peristiwa sejarahtersebut.salah satu contohnya adalah peradaban jahiliyah dan sifat ummi pada diri nabi yang di fahami secara terpotong-potong, bahwa jahiliyah adalah masa kegelapan dan kebodohan akan tetapi kebodohan dan kegelapan yang seperti apa karena menurut fakta lain bahwa masyarakat arab pra islam justtru memili tradisi sastra yang tinggi dan kebiasaan berdagang. masyarkat yang demikian, tentu bukan bodoh dalam arti pengetahuan dan peradaban. demikian pula sifat Ummi pada Nabi sering di fahamisebagai mukjizat di mana Nabi memang tidak bisa membaca dan menulis sehingga tidak mungkin mengarang Al-Qur'an. padahal konsep ummi dalam budaya arab tidak hanya bermakan tidak dapat membaca dan menulis. dan pemahaman tentang rosul itu perlu di fahami kembali. kalau ada umat yang bangga menerima kenyataan bahwa pemimoinnya seorang yang buta huruf, itulah kita. akan tetapi apakah nabi benar-benar menyatakan bahwa dirinya tidak mampu membaca dan menulis? lalu jika ia mampu membaca dan menulis apakah akan mengurangi keabsahan mukjizat dan posisinya sebagai utusan Alloh? 
       Menurtu Al- Maqdisi, umi memang bsa berarti " buta huruf" tetapi ketika menyangkut nabi, ummi tersebut lebih berarti orang yang bukan dari golongan yahudi dan Nasrani. pada masa itu kaum yahudi dan Nasrani seringkali menyebut umat diluar dirinya sebagai orang-orang ummi atau non yahudi dan Non Nasrani. termasuk rosilullah dan orang arab lainnya. selain itu kata ummi di situ juga merujuk pada kata umm atau ibu kandung. jadi maknanya adalahorang-orang yang seperti masih di kandung oleh rahim ibunya, sehingga belum tahu apa-apa. bisa juga di tafsiri bahwa yang ummi dalam arti illiterate adalah kaumnya, bukan nainya.

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus