Minggu, 22 April 2012

Pikiran Manusia

Bayangan
Sultan Abdurrahim denansukacita menyambut kedatangan bujang dan pengiringnya yang baru tiba dari Malaka. Rakyat ibu kota yang sudah mendengar berita kemenangan bujang atas portugispun mengelu-elukan bujang dan pengiringnya yang berjalan dari pelabuhan menuju istana. setibanya disana bujang mengabugerahkan berbagai hadiah kepada si Bujang dan pengiringnya. selain itu sultan menepati janjinya untuk membebaskan para tahanan seperti yang di persyaratkan bujang dahulu. bujang sangat mensyukuri angerah yang di berikan oleh sultan itu. sebagai ungkapan rasa syukurnya, ia menyedekahkan hampir hampir seluruh hadiah berupa harta benda yang di terimanya untuk fakir miskin. karena itu, ia memohon kesediaan sultan menyalurkannya kepada yang berhak. adapun yang ersisa di kantongnya hanya lima buah perhiasan emas untuk modal membangun kampungnya dan untuk pesantren kyai Idris.setelah urusanya di sekolah selesai, bujang memohon pamit untuk krmbali ke kampungnya. sultanpun memerintahkan sepasukan istana untuk mengantar bujang, tetapi bujang malah menolaknya. ia justru pulang dengan menumpang sebuah pedati milik seorang pedagang yang sekampung dengannya, pedagang itu beserta rombongannya yang berjumlah lima pedati yang beru saja menjual hasil bumi ke kota. 
  " Hai bujang, aku tadi melihat para pengiringmu memperoleh banyak harta dari sultan bahkan, kabarnya mereka pun memperoleh banyak harta dari sultan Mahmud di malaka, ujar pedagangitu bersemangat. kemudian ia bertanya sambil tersenyum," Sebagai pemimpin rombongan, tentu kau memperoleh harta lebih banyak dari pengiringnya bukankah begitu, Bujang ?
 " tentu saja paman." jawab bujang tenang.
" tetapi, di mana harta-hartamu itu bujang?" tanya pedagang itu heran.
sudah aku simpan pada tempatnya."
" Dimana kau menyimpannya?"
" Di perut orang-orang miskin."
" Maksudmu, hatamu kau berkan kepada orang miskin?" tanya pedagang itu terkejut.
" ya aku menyimpannya disana."
" kau tidak menyimpannya bujang, kau justru menghabiskan hartamu yang dapat mengangkat derajatmu dari orang miskin menjadi hartawan, huh sayan sekali harta yang banyak itu jatuh kepada orang yang bodoh depertimu," keluh pedagang itu sambil memecut sapinya agar berjalan lebih cepat.ketika meliht sbeuah sungai, merekapun berhenti untuk beristrirahat, pedagang itu memberi sapinya air sungai untuk menghilangkan dahaga. ia sendiri sibuk mengisi kantong-kantong kulit dengan air ia sendiri siubi